Merendah Karena Allah

 

 

Bismillaah

Langit tak perlu menjelaskan dirinya tinggi

Suka baca kaya gitu ya?

Kita pahamnya saat orang menulis kalimat tersebut dia mungkin sedang mengingatkan bahwa :

“santei aja lah, ga perlu koar-koar kalo kita (atau kamu) ada kelebihan”

Ya betul, semua kebaikan toh akan Allah kembalikan kepada si penanam kebaikan.
Semua keburukanpun kelak, hanya masalah waktu, akan Allah kembalikan juga kepada si penanam keburukan.

Yang hati-hati adalah saat kita direndahkan, dihina caci maki ataupun diberi tau kekurangan kita, kita merasa bahwa kitalah si langit itu.
Bahayanya jadi masuk ke kesombongan, fix kita merasa lebih baik dari dia, merasa dia mengingatkan untuk menjatuhkan kita.
Ataupun sebaliknya, saat kita mengingatkan orang bahwa ini benar, itu salah, dengan cara kasar semaunya kita, kita merasa dia yang ga mau diingatkan lebih rendah dari kita.

Ada juga yang sekedar menggunakan kata-kata tersebut sebagai pengingat, bahwa lakukan aja aneka kebaikan, aneka keahlian, dll, kalo memang hal itu baik, mulia, cerdas, benar, dll maka ga perlu menjelaskan apapun, tanpa pengakuan dari siapapun orang kelak akan paham sendiri.

Berbuat sesuatulah hanya karena Allah.
Tirulah akhlak Rasulullah.
Rasulullah suri teladan yang sangat sempurna.

Beliau sangat cerdas tapi paling rendah hati.
Beliau sangat paham perkara dunia akhirat tapi menjelaskan setiap ilmu tanpa orang merasa direndahkan.
Beliau sangat mulia tapi cara memperlakukan sahabat-sahabatnya begitu indah, semua merasa spesial dan dekat dengan Rasulullah, tidak ingin dihormati berlebihan.
Beliau sendiri sudah dijanjikan surga tapi beliau sangat risau memikirkan nasib umatnya.
Beliau diberi kekuasaan tapi hidupnya memilih sederhana dan paling sering mengalami kesusahan.
Beliau yang menerima wahyu tapi tetap lapang hati bermusyawarah mendengar usulan-usulan dari para sahabatnya.

Rasulullaah tak perlu merasa menjadi langit.
Maka Allah tinggikan derajatnya dunia akhirat.

Adakah umat ingin meneladani akhlak beliau?

Semua mengaku cinta Rasulullah.
Mengaku ahli sunnah.
Tapi mengapa masih langka ukhuwah seperti yang terjadi di zaman Rasulullah?
Yang muslim satu dan lainnya bagaikan satu jasad.
Yang tidak saling menjatuhkan kehormatan sesama muslim.
Yang tidak merasa paling benar dibanding lainnya.
Yang terasa saling menyayangi satu dan lainnya.
Yang saling menginginkan kebaikan bagi saudaranya dengan penuh mahabbah?
Seperti Rasulullah merangkul para sahabatnya dengan penuh kasih sayang.

Mungkinkah karena masing-masing dari kita masih merasa menjadi langit? ?

“Tidaklah seseorang tawadhu’ (merendah) karena Allah, kecuali Allah akan angkat derajatnya.”
(HR. Muslim: 2588)

”Barang siapa merendah karena Allah satu derajat maka Allah akan mengangkatnya satu derajat, sehingga menjadikan dirinya di Iliyyin. Barang siapa menyombongkan diri kepada Allah satu derajat, maka Allah akan merendahkannya hingga direndahkan serendah-rendahnya.”
(HR Ibn Majah, Abu Ya’la, Ibn Hibban, dan Hakim).

Barakallaahu fiik
Bunda kaska

*Pertemukanlah kami dengan Rasulullah, meski akhlak kami masih sangat jauh dari beliau.
Kami semua rindu pada beliau :'(
Allahumma sholli wa sallim ‘ala nabiyyinaa muhammad.