Berjalan di kegelapan

posted in: Kajian | 0

Belajar dari Hadis berjalan di kegelapan malam

 

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

عَنْ بُرَيْدَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « بَشِّرِ الْمَشَّائِينَ فِى الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ »
Artinya: Dari Buraidah, Dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Berilah kabar gembira bagi orang yang berjalan pada malam gelap gulita menuju masjid (untuk sholat berjama’ah) bahwa bagi mereka cahaya yang sempurna pada hari kiamat nanti” (HR Abu Daud).

 

Tiga Kata Kunci

Sungguh suatu hadits yang singkat namun mengandung makna yang teramat besar dan luas berkenaan dengan hidup dan kehidupan manusia. Penulis akan mencoba menguraikan sedikit diantara kandungan makna tersebut berikut ini.

Secara umum, hadits tersebut memberikan jaminan dari Allah SWT melalui lisan NabiNya yang teramat mulia, Nabi Muhammad SAW, kepada orang-orang yang berjalan keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat berjamaah di Masjid di waktu malam yang gelap gulita, yaitu sholat ‘Isya dan Sholat Shubuh.

Dalam hadits di atas dapat diambil setidaknya tiga kata kunci yang menarik perhatian penulis: (1) Berjalan, (2) Kegelapan (malam gelap gulita) dan (3) Masjid.

 

Berjalan

Konsep berjalan sudah dikenal dengan baik. Melangkahkan kaki, menuju ke suatu arah atau tempat tertentu, menggunakan kedua kaki, adalah beberapa hal yang terkait langsung dengan konsep berjalan. Dalam konsep ini juga terkandung makna adanya energi yang dikeluarkan dan serangkaian tindakan yang dikerjakan.

Secara umum konsep tersebut bisa diperluas maknanya menjadi Usaha, Gerakan, Dinamika yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Hal mana membuat kita bisa memahami pesan tersirat di dalam hadits tersebut bahwa Rasulullah mengisyaratkan perlu adanya Usaha, Gerakan atau dinamika dalam diri seseorang atau sekelompok orang.

Mari kita coba perhatikan beberapa ayat Allah SWT berikut ini:
11. …Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan mereka… [Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka]. (QS Ar Ra’d (13) ayat 11)

 

105. dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS At Taubah (9) ayat 105)

 

Ada pepatah dalam bahasa Inggris menyatakan: “No Pain No Gain”, artinya tak ada hasil yang diperoleh tanpa usaha keras yang menyakitkan atau melelahkan. Demikian juga dengan keadaan manusia seperti diisyaratkan di dalam ayat-ayat di atas. Dalam ayat-ayat tersebut terlihat jelas bahwa Allah SWT memerintahkan adanya Usaha, Gerakan atau Dinamika dalam kehidupan manusia agar bisa dicapai pembaharuan atau suatu prestasi tertentu.

Di dalam ilmu hayat (Biologi) dasar diajarkan bahwa salah satu ciri makhluk hidup adalah Gerak. Jika tidak ada gerak, maka makhluk tersebut digolongkan ke dalam Benda Mati. Dengan demikian, gerak, dinamika atau usaha memang sudah menjadi salah satu karakteristik dalam hidup dan kehidupan manusia.

 

Kegelapan

Kata kunci kedua adalah Kegelapan. Dalam hadits tadi disebutkan keadaan malam yang gelap gulita. Jika diingat bahwa hadits ini dikeluarkan 15 abad yang lalu, kita bisa coba bayangkan keadaan malam yang gelap gulita tersebut, yaitu keadaan malam tanpa cahaya bulan dan bintang, apalagi cahaya lampu seperti yang kita kenal sekarang ini.

Kegelapan itu menimbulkan ketidakpastian. Jika akan melangkah ke luar dari rumah, akan ada ketakutan karena timbulnya kekhawatiran akan tersesat jalan. Belum lagi adanya ketakutan akan hewan-hewan buas yang berkeliaran mencari mangsa di dalam kegelapan malam. Dan dalam keadaan kegelapan semacam itulah diisyaratkan perintah agar seseorang berjalan keluar dari rumahnya.

Sungguh hal itu bukanlah hal yang mudah. Sangat berat dilakukan. Memerlukan ketabahan dan keberanian yang besar untuk melangkahkan kaki keluar dari rumah yang aman dan nyaman. Dan tidak semua orang bisa melakukannya.

Jika kita berkaca pada kenyataan saat ini, dimana kondisi kegelapan malam yang menyelimuti lingkungan sudah jarang ditemui. Apalagi di kota-kota besar. Maka penggambaran kegelapan itu sepertinya lebih relevan bila diperluas kepada kegelapan di dalam hati sanubari masing-masing pribadi. Hal ini bisa dijelaskan dengan memperhatikan dua hal: (1) Secara fisik lingkungan, kegelapan malam sudah tidak lagi menjadi hambatanbesar, karena selain ada penerangan (lampu/ penerangan jalanan dan sebagainya) juga bisa digunakan senter. Bahkan banyak gadget sekarang pun bisa diatur untuk mengeluarkan cahaya yang cukup terang. (2) Meskipun demikian, masih terhitung sedikit orang yang berjalan di malam hari untuk melaksanakan sholat di masjid, terutama sholat ‘Isya dan sholat Shubuh.

Oleh karenanya, cukup berdasar bila dikatakan bahwa pada masa sekarang ini, bukan sekedar kegelapan malam yang membuat orang enggan keluar rumahnya untuk melaksanakan sholat Isya dan Shubuh berjamaah di masjid-masjid, melainkan lebih karena adanya kegelapan di dalam hati sanubari masing-masing yang menyebabkan hilangnya semangat dan keberanian mereka untuk berangkat ke masjid.

Hal ini ternyata sudah ditengarai sejak dahulu. Perhatikan hadits Nabi SAW berikut ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لَيْسَ صَلاَةٌ أَثْقَلَ عَلَى الْمُنَافِقِينَ مِنَ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak. (HR Bukhari)

Jadi seperti fenomena yang digambarkan di atas, bahwa meski keadaan malam hari sekarang ini tidaklah dalam keadaan gelap gulita seperti zaman Nabi SAW dahulu, namun terhitung masih sedikit orang yang melaksanakan sholat Shubuh dan ‘Isya berjamaah di Masjid. Tak pelak lagi bahwa ini mengindikasikan adanya “kegelapan” di dalam hati masing-masing individu dan dikhawatirkan ini merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda kemunafikan. Na’udzubillah.

 

Masjid

Sebagai sebuah konsep, Masjid bukanlah semata bangunan yang dipergunakan untuk mendirikan sholat saja. Masjid, menurut apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, adalah lebih dari itu, karena di masa beliau SAW, masjid telah menjadi pusat ibadah, pusat pendidikan dan pengajaran bahkan pusat perancangan strategi. Ringkasnya, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pada zaman Nabi SAW, masjid telah menjadi pusat bagi tumbuhnya peradaban Islam.

Berkaitan dengan hadits tentang berjalan di malam gelap untuk menuju masjid, dapat diambil pelajaran tentang apa yang akan diperoleh di masjid. Bila dibuat garis besarnya maka ada dua hal utama:

Pertama adalah perkara ibadah kepada Allah SWT. Sisi ini menekankan perlunya mengikatkan diri pada prinsip-prinsip tauhid yang menjadi inti ajaran Islam. Mengedepankan keridhoan Allah SWT di atas keridhoan yang lain dalam tiap gerak langkah manusia. Dan ini merupakan prinsip utama yang tidak boleh dilanggar, karena dengannya akan lahir individu-individu perkasa yang memiliki kekuatan pribadi yang mengagumkan.

Kedua adalah perkara hubungan antar manusia yang mewujud dalam bentuk sholat berjamaah. Implikasinya dapat meluas ke berbagai bidang sehingga ada berbagai istilah seperti silaturahim, ukhuwah sampai muamalah. Prinsip berjamaah ini melahirkan kekuatan ummat dan merupakan salah satu kunci keberhasilan kaum muslimin di masa terbaiknya dalam menguasai dunia. Suatu hal yang kini terabaikan sehingga terjadi kenyataan pahit dimana kaum muslimin di berbagai tempat di dunia sekarang ini dalam keadaan tertindas.

 

Tugas Kita

Dengan menjabarkan dan memperluas pembahasan hadits tentang berjalan di kegelapan menuju masjid ini, kita sampai pada kesimpulan besar, bahwa jika kita menginginkan Sinar Terang sempurna menyinari kita, hendaknya kita terus berusaha, bergerak mengalahkan kegelapan khususnya di dalam diri kita untuk dapat membina pribadi unggul yang kuat dalam bertauhid dan lekat dalam berjamaah.

Tugas ini adalah tugas kita semua, yang harus ditunaikan sekarang dan dilaksanakan di sini, di mana kita berada. Kita mulai dengan berupaya sholat berjamaahdi masjid, khususnya shalat Shubuh dan Isya, lalu kita lanjutkan dengan berjamaah dalam kehidupan sehari-hari.

Mudah-mudahan Allah SWT akan terus melimpahkan berkahNya, memberikan kita kekuatan lahir dan batin untuk memenuhi tugas tersebut. Dan yakin akan janji Allah SWT tentang sinar terang sempurna yang akan diperoleh di hari kiamat kelak. Sambil kita berharap agar dalam kehidupan dunia pun Allah SWT akan memberikan sebagian dari sinar terang itu.

Wallohu musta’an.

 

Bekasi, 17 Desember 2016

Toto M. (Abu Ihsan)